MenurutMuhammad bin Fariz, jelaslah bahwa tempat hijrah Rasulullah dikenal dengan dua nama sekaligus: Yatsrib dan Madinah. Dalam sebuah hadis mengenai negeri hijrahnya, Rasulullah bersabda, "Aku bermimpi melihat diriku hijrah dari Mekkah ke sebuah negeri yang ditumbuhi kurma.
Jakarta - Sepanjang hidup Rasulullah SAW, beliau tidak pernah mengumandangkan azan. Rasulullah hanya mempercayakan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan sebagai seruan mengapa Rasulullah SAW tak pernah azan? Simak alasannya berikut Rasulullah SAW Tidak Pernah AzanPara cendekiawan Muslim telah banyak mendiskusikan terkait Rasulullah SAW yang tak pernah azan. Salah satunya adalah Imam Besar Arab Saudi Syekh Assim Al Hakeem, ia berpendapat bahwa Rasulullah tidak pernah azan lantaran beliau memiliki tanggung jawab terhadap umatnya yang jauh lebih besar. Tanggung jawabnya sebagai khalifah tidak bisa ia berikan kepada orang lain. Oleh sebabnya, Rasulullah meminta bantuan Bilal bi Rabah untuk mengumandangkan azan di setiap waktu salat."Rasulullah SAW tidak pernah mengumandangkan azan karena beliau sibuk dengan urusan yang lebih penting dan bernilai lebih besar bagi umatnya," jelas Syekh Assim, seperti dikutip dari situs resminya, Selasa 6/6/2023.Dalam Kitab al-Majmu, Imam Nawawi menyebutkan pernyataan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Umar pernah berkata,لَوْ كُنْتُ أُطِيقُ الأَذَانَ مَعَ الْخِلافَةِ لأَذَّنْتُArtinya "Jika aku mampu memenuhi kewajiban untuk mengumandangkan azan sekaligus memenuhi tugas sebagai khalifah, aku akan melakukannya."Izzuddin Abdul dalam Kitab Ahasin al-Kalam Imam juga mengemukakan bahwa, Rasulullah SAW tidak pernah azan lantaran beliau sosok yang konsisten dalam melakukan sesuatu. Itulah mengapa Rasulullah tidak bisa berkomitmen dalam hal lain, beliau hanya menghabiskan waktunya untuk urusan hanya itu dalam Kitab Mawahib al-Jalil, al-Hattab berpendapat mengenai Rasulullah yang tak pernah azan. Menurutnya lafaz azan "Bersegeralah menuju salat" jika di ucapkan oleh Rasulullah maka mengimplikasikan kewajiban yang harus segera beliau memiliki nilai wajib, sedangkan Rasulullah ingin melindungi umatnya dari hukuman yang disebutkan dalam Surah An-Nur ayat 63 yang berbunyi,لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌArtinya "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menyelinap di antara kamu dengan bersembunyi, maka hendaklah orang-orang yang menentang perintah Rasul-Nya takut akan mendapat fitnah atau azab yang pedih."Alasan yang terakhir mengapa Rasulullah SAW tidak pernah azan adalah karena dalam lafaz azan terdapat kesaksiaan untuk Rasulullah SAW. Imam al-Naisaburi dalam Nur al-Absor menyatakan,"Memberikan kesaksian kepada Nabi SAW juga merupakan bagian dari azan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak pantas baginya untuk memberikan kesaksian kepada dirinya sendiri."Sebenarnya, Rasulullah SAW pernah mengumandangkan azan tapi bukan dalam konteks seruan salat. Berdasarkan beberapa hadits yang dikutip dari buku Tadihul Adillah 4 karya H. Muhammad Syafi'i Hadzami, Rasulullah SAW mengumandangkan azan dalam beberapa satunya disebutkan dalam riwayat dari Abu Rafi Radhiyallahu'anhu, saat seseorang lahir Nabi Muhammad SAW terlihat mengucapkan azan di itulah alasan mengapa Rasulullah tidak pernah mengumandangkan azan. Semoga bermanfaat dan menambah khazanah pengetahuan para detikers ya! Simak Video "Merugi Jadi Alasan Museum Rasulullah di Probolinggo Gulung Tikar" [GambasVideo 20detik] alk/alk adapunjumhur ulama berpendapat bahwa rasulullah saw tetap dalam keadaan ummiy dimana hikmah keummiyannya saw itu tetaplah ada sehingga tidak terdapat celah untuk menyerang kandungan yang ada didalam risalahnya maupun al qur'an yang telah diterimanya sebagai sebuah wahyu dari allah swt selama diturunkannya secara berangsur-angsur hingga akhir loading...Menurut Al-Mas’udi, kehadiran pasukan bergajah terjadi pada hari Senin, 13 Muharram dan mendekati tanggal 17 Muharram. Dari situ, Al-Mas’udi menyimpulkan bahwa tanggal lahir Nabi Muhammad itu 8 Rabi’ul Awwal, bukan tanggal 12. Foto/Ilustrasi Ist Kapan sejatinya Nabi Muhammad SAW lahir, tidaklah ada kesepakatan yang bulat. Namun, di kalangan umat Islam, riwayat yang paling populer menyebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi. Pada tanggal dan bulan inilah peringatan maulid Nabi paling banyak dilakukan. Baca Juga Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad mengungkap ada perbedaan pendapat mengenai hari, tanggal, bulan dan tahun kelahiran nabi tersebut. Caussin de Perceval dalam Essai sur l'Histoire des Arabes menyatakan, bahwa Muhammad dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Makkah di rumah kakeknya Abdul-Muthalib.“Hari itu Senin adalah hari kelahiranku," jawab Nabi Muhammad SAW ketika ditanya seorang sahabat mengapa dirinya berpuasa pada hari kalangan umat Islam, riwayat yang paling populer menyebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada sebuah riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabi'ul Awwal, Tahun Gajah.” Baca Juga Di dalam kitabnya al-Mukhtashar al-Kabir fi Sirah al-Rasul 1993, Imam Izuddin bin Badruddin al-Kinani menyatakan bahwa pendapat ini adalah sahih. Pendapat itu juga dikuatkan dengan riwayat Qays bin Makhramah, meski tidak disebutkan secara detil berapa sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi, Qays bin Makhramah mengatakan kalau dirinya dan Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun yang sama, yaitu Tahun sejarawan al-Mas’udi, sebagaimana dikutip dari buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih M Quraish Shihab, 2018, berpendapat kalau Nabi Muhammad lahir pada 8 Rabi’ul Awwal, atau empat hari lebih awal dari pendapat yang populer selama ini. Al-Mas’udi mencocokkan tanggal itu dengan kehadiran pasukan bergajah Raja Abrahah. Menurutnya, Nabi Muhammad saw lahir 50 hari setelah pasukan bergajah datang. Sementara, masih menurut Al-Mas’udi, kehadiran pasukan bergajah terjadi pada hari Senin, 13 Muharram dan mendekati tanggal 17 Muharram. Dari situ, Al-Mas’udi menyimpulkan bahwa tanggal lahir Nabi Muhammad itu 8 Rabi’ul Awwal, bukan tanggal ilmu falak asal Mesir, Mahmud al-Falaki al-Mashry, memiliki pendapat yang berbeda. Mahmud menyebut kalau tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah 9 Rabi’ul Awwal tahun 571 Masehi atau hari ke-55 setelah tentara gajah Raja Abrahah mengalami samping ketiga pendapat di atas, ada beberapa pendapat yang menyebutkan kalau Nabi Muhammad lahir pada bulan Rajab, Ramadhan, atau Muharram. Dalam sebuah riwayat, Uqbah bin Mukarram mengemukakan bahwa hari lahir Nabi Muhammad adalah hari Senin tanggal 12 ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad dilahirkan jauh sebelum Raja Abrahah menyerang Ka’bah, atau sekitar 15 tahun sebelum Tahun Gajah. Imam al-Dzahabi dengan keras menilai kalau riwayat itu –Nabi Muhammad lahir 15 tahun sebelum Tahun Gajah- sebagai sebuah Maulid Nabi ini, dengan berbagai versi tanggalnya, kini dipraktikan secara meriah di berbagai belahan dunia dengan berbagai motivasi, di antaranya mengungkapkan rasa suka cita atas kelahiran Rasulullah SAW, ekspresi rasa cinta terhadap Rasulullah SAW, ungkapan rasa syukur, menambah keimanan dan keislaman, sarana dakwah, sarana shadaqah, berdzikir, perenungan batin, melestarikan ajaran Islam, inspirasi kehidupan, dan berbagai macam motivasi lainnya. Baca Juga mhy Keutamaandan Pentingnya Mengenal Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah satu - satunya orang yang selalu mengingat kita setiap saat selain Allah SWT. Rasulullah SAW akan berada di sisi kita sekalipun kita ditinggalkan oleh orang tua kita, teman teman kita, sahabat sepermainan kita, guru - guru kita, senior - senior kita, suami atau istri

JAKARTA - Ketika Nabi Musa bertemu Rasulullah SAW, beliau menangis. Dalam hadits riwayat Sahih Bukhari, عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا عَلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى فَقِيلَ مَا أَبْكَاكَ قَالَ يَا رَبِّ هَذَا الْغُلَامُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي Dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda " Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang". Kemudian aku menemui Musa 'alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; "Mengapa kamu menangis?". Musa menjawab; "Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga dari ummatku". Menukil buku Isra' Mi'raj karya Ibnu Hajar Al Asqalani dan Imam A Suyuthi menjelaskan dalam hadits tersebut Musa menangis karena menyayangkan dan menyesalkan dirinya tidak berhasil memperoleh pahala yang dapat menaikkan derajatnya akibat kelakuan umatnya yang banyak membangkang. Akibat ulah mereka itulah, pahalanya tidak sebanyak pahala Nabi Muhammad. Hal ini karena masing- masing nabi memperoleh pahala sebanyak total pahala setiap pengikutnya. Jadi, pahala pengikut Musa lebih sedikit daripada pahala pengikut Nabi Muhammad meskipun umur pengikut Musa jauh lebih panjang dibandingkan umat ini. Pendapat lain menyebutkan bahwa karena di antara para nabi, Musa adalah nabi yang paling banyak umatnya, juga paling luas isi kitabnya dan paling lengkap hukum- hukumnya. Hanya Nabi Muhammad saja yang dapat menandinginya. Terkait itu Musa berangan-angan agar dirinya memperoleh kenikmatan yang sama seperti yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad. Musa tidak mengharapkan berbagai kenikmatan itu hilang dari beliau. Dia tetap menginginkan Rasulullah lebih sukses dalam dakwahnya daripada yang pernah dialaminya. Oleh karena itu, dia menasihati Rasulullah tentang shalat dengan cara menasihati dan mengasihani umat Nabi Muhammmad agar tidak meninggalkan shalat, seperti yang dilakukan oleh Ratna Ajeng Tejomukti BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

vn5g.